Seperti biasa Alamsyah(bpk Saya), yang bekerja di swasta terkemuka di Bandar Lampung, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Dian(adk Saya), putra bungsunya yang baru duduk di kelas TigaSD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum tidur?” sapa Alamsyah(bpk Saya) sambil mencium anaknya.
Biasanya, Dian(adk Saya) memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Dian(adk Saya) menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”
“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”
“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 200.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”
Dian(adk Saya) berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Alamsyah(bpk Saya) beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Dian(adk Saya) berlari mengikutinya.
“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 200.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 20.000,- dong,” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Alamsyah(bpk Saya)
Tetapi Dian(adk Saya) tak beranjak.
Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Dian(adk Saya) kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”
“Tapi, Ayah…” Kesabaran Alamsyah(bpk Saya) habis.
“Ayah bilang tidur!” Membentak dan mengejutkan Dian(adk Saya)
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Alamsyah(bpk Saya) nampak menyesali Membentak Dian(adk Saya), Ia pun menengok Dian(adk Saya) di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Dian(adk Saya) didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 5.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Alamsyah(bpk Saya) berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Dian(adk Saya) Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000 ,- lebih dari itu pun ayah kasih.”
“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”
“Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Alamsyah(bpk Saya) lembut.
“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 5.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 20.000,-, maka setengah jam harus Rp 10.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Dian(adk Saya) polos.


0 komentar:
Posting Komentar